ketentuan bahwa..
aku mengenalmu sejak lalu.
sejak kita terbalut seragam polos itu,
lengkap dengan dasi dan tpi merah.
membingkai masa dimana dunia kita adalah hanya suka cita.
canda serta tawa begitu renyah kita baur bersama saat itu.
senja akan sangat berarti jika kita bertemu di Rabu dan di penghujung Sabtu.
(aku yakin kau masih mengingatnya)
ketentuan bahwa..
lalu, aku sebentar saja lupa pada segalanya,
pada kamu,
dan kita..
saat segalanya terpisahkan oleh arah yang tidak sama.
tapi itu benar-benar sebentar..
sangat cepat.
hanya melewati dua masa singkat.
biru .. dan abu-abu.
sebelum akhirnya kau kembali dan memulai semuanya dari awal.
ketentuan bahwa..
kita..
terjebak (lagi) dalam satu kondisi yang begitu rumit
aneh..
tapi entahlah,
bagiku itu amat menyenangkan..
meski tak sesederhana dulu
ada kegembiraan padaku, saat mendapati kamu, yang kini selalu membawa aku dalam hari-harimu.
mendapati kamu, yang mengores senyum saat kamu dan aku , bicara soal kita.
perhatian, kebersamaan, berucap kata 'sayang' ..
sudah menjadi kebiasaan kita ketika itu.
momen ramadhan pun tak lepas dari segala hal yang kini begitu ku rindukan.
saling mengingatkan shalat, makan sahur, atau sekedar saling mengirim pesan singkat saat berbuka.
ketentuan bahwa,
cuma kamu yang mampu membuat lagu-lagu yang kudengar terasa sangat sejuk.
cuma kamu yang setiap malam mengganggu fungsi kerja jantungku dengan suara getir.
cuma kamu yang saat iyu sukses menjadikan aku peri dalam mimpiku sendiri.
ketentuan bahwa.
banyak hal,
tempat..
dan cerita yang kulipat dalam ingatanku bersama kamu,
yang entah nantinya bisa kuhapus atau tidak.
kebersamaan yang cukp lama ini membuat pertanyaan besar..
ada apa sebenarnya dengan kita?
kebersamaan ini merangkul rindu..
bukan lagi untuk kita. tapi untuk kamu..
seperti dua tali yang berdekatan, namun tidak saling mengikat dan terikat.
hanya dekat.
benar-benar hanya dekat.
lalu mungkin sangat jauh..
lalu kemudian menjauh lagi. hingga semakin jauh..
begitu seterusnya.
aneh memang, tapi ini yang kau mau bukan?
karena kau bilang ini yang terbaik. meski awalnya aku membenak, baik untuk siapa? aku? atau kamu?
ketentuan bahwa..
kini kita punya pilihan masing-masing
untuk tetap bertahan, atau saling melepaskan.
hingga pada akhirnya..
aku memilih untuk menyerah..
dan lelah bertahan diantara ketidakpastian.
tali itu perlahan kulepas.
mudah..
karena memang tak pernah ada ikatannya.
ketentuan bahwa..
suliiit sekali kubuang lembaran demi lembaran tentang kamu.
sudah banyak cara yang kulakukan agar aku mampu berdiri tanpa selalu mengingatmu lagi.
nyatanya memang pahit, dan meski tidak menyembuhkan.
ketentuan bahwa..
kata maaf darimu tidak cukup jitu untuk membenahi sistem dan konstruksi hatiku yang sudah terlanjur kau berantaki.
maka kini.
aku sangat yakin bahwa Tuhan selalu punya arti atas ketentuan-ketentuan yang sudah terjadi selama ini diantara kita. ataupun yang akan terjadi nantinya.
terima kasih Tuhan ..
atas segala ketentuan ketentuanku bersamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar